Dari keturunan Telunjuk miring Kerajaan Majapahit.
Pada zaman dahulu sekitar tahun 1475 lahirlah kesultanan Demak dan kemudian menyebarkan agama islam di kepulauan Jawa pada saat itu kerajaan majapahit sudah runtuh, keruntuhan kerajaan majapahit bermula sejak meninggal nya Pati Gajah Mada pada tahun 1364 pada saat itu kerajaan majapahit mulai melemah hingga pada tahun 1389 Hayam Wuruk seorang raja majapahit juga meninggal dan ahirnya terjadilah perang saudara hingga pada tahun 1453 sampai pada 1456 kerajaan
Majapahit kekosongan pemimpin sehingga membuat para ksatria dan para prajurit majapahit membubarkan diri masing- masing.
Menurut Kurnaidi Satar (52) saat usia nya sekitar
10 tahun dia pernah mendengar cerita dari puyang
Pengage orang tua dari nenek Mazali mantan Karia
Muara Punjung. Kurnaidi menceritakan sekitar tahun 1975 pada waktu itu dirinya tinggal di kebun yang kerap di sapa oleh warga sekitar ulak merindu yang letak nya tidak jauh dari kebun Puyang Pengage beliau sangat menyayangi anak-anak dan sering banyak bercerita tentang sejara, seperti Negeri silam, asal usul Desa Muara Punjungdan Desa Pengage dan masih bayak cerita lainnya.
Dari kutipan cerita Puyang pengage. Pada jaman
dahulu ada salah satu Negri di sebut Negri Penukal
dan Negri itu di jaga oleh tiga bersaudra ksatria dari
kerajaan Majapahit masing-masing ksatria atau
pendekar itu membawa prajurit atau pasukan guna
memberi pengamanan terhadap Negri Penukal dari
tiga penjuru.
Waktu itu Puyang Pengage mengatakan saya lupe
cung sape name Tiga Pendekar itu yang jelas, adik nye dengan pasukan nyago di ilo dusun, kuyung nye nyago dulu dusun dan adik penanga nye nyago di berang dusun. (Red) bahasa Sekayu. Dalam kesepakatan diantara nya apa bila ada serangan dari masing-masing arah harap memukul ketuk tanda bahaya dan akan segera mendapat batuan dari pasukan lainnya.
Pada malam hari tiba-tiba datanglah serangan dari pasukan Tumpuharau grombolan yang kerjanya
menculik wanita pada setiap Negri dari hasil
penculikan itu ( batine-batine telingeknye di biso
denga rutan sege ) untuk di jual ke Negri lain dan
malam terjadilah peperangan hingga ke esokan
harinya terdengar kabar bahwa pasukan seberang
sudah berhasil membantai semua pasukan Tumpuh itu bahkan semua nya tewas satu antara lain.
Sementara pasukan Kakak dan pasukan adik nya tidak diberi tahu kalau ada serangan dan mereka merasa tersinggung kemudian kedua nya memutuskan untuk pergi dari Negeri Penukal sang kakak berkata kalau kita sudah tidak saling membutuhkan dan merasa sudah dapat mengatasi semua persoalan secara sendiri saya akan pergi menelusuri aliran darah ini dimana akhir dari aliran darah ini disitu saya akan mengabdi dan satu keanehan Sampai saat ini aliran darah itu mesih terus mengalir dan menjadi sebuah sungai nama nya sungai gelam anak sungai Punjung dan hingga sampai saat ini air nya masih berwarna
merah.
Sementara sang adik dari tiga bersaudara itu juga
memutuskan untuk pergi mengikuti arus air sungai air itam sehingga sang adik mengabdi di Negri Kikim dan akhir nya manjadi penjage atau sering disebut orang saat ini keramat Kikim yang letak nya di Kabupaten Empat Lawang.
Sang kakak itu mengabdi di Negeri Punjung dengan
membawa dua orang istri dan satu orang Hulubalang yang saat ini makam ke empat nya berada di dalam sungai punjung disebut warga sekitar Penyage atau Keramat Punjung tangga besi. Sementara adik Tengah nya bermukim di seberang Desa Air Hitam sering di sebut warga sekitar itu keramat Air Hitam.
Kita kembali disaat perpisahan ketiga bersaudara
itu. Pada saat itu dia bersumpah dalam sumpahitu mengatakan. Mulai detik ini tidak ada pernah
permusuhan antara keturunan kita masing-masing
sebab kita adalah satu keturunan telunjuk miring
dari keturunan kerajaan Majapahit dan barang siapa
memulai permusuhan atau perselisihan dia tidak akan selamat dan untuk pernikahanpun itu juga dilarang oleh sumpah tersebut.
Kurnaidi juga menceritakan kalau sumpahan itu
masih berlaku itu terbukti dan ada dua kisah nyata
yang saya temui. Ada kakak sepupu saya saat ini dia
sudah meninggal Nama nya Ciusin Bin Hasil beliau
menikah dengan perempuan Desa Air Hitam nama
nya Norsia saat dia punya anak dua tinggalnya juga
di kebun ulak merindu nasip nahas kedua anak nya
tenggelam di sungai Musi dan meninggal. Kemudian
dia pindah ke kebun sebelah sungai Punjung pada saat dia mempunyai dua orang anak ibunya (Norsia) meninggal saat lagi tidur. Ahirnya Cikusin di tungkatkan atau turun ranjang dengan adik kandung Norsia Almarhum pada saat ingin melahirkan istrinya juga meninggal pada saat melahirkan.
Kedua kisah adik sepupu saya Sandoro Bin Suhaibi.
Saat itu dia bekerja di PT. GPI Singkat ceritanya dia
berkelahi dengan seorang Mandor GPI dan mandor itu orang Air Hitam setelah kejadian itu selang beberapa bulan adik sepupu saya sakit selama empat tahun dan akhirnya meninggal. sementara sang mandor itu selang beberapa waktu
istri dan anak nya meninggal kerena kecelakaan mobil dan sang mandor itu terkena gangguan jiwa.
Inilah cerita nyata yang saya temui namun semua ini masih menjadi teka teki apakah ini kebetulan saja atau Sumpahan itu masih berlaku yang jelas kami warga muara Punjung hanya tahu bahwa Muara Punjung dengan Air Hitam satu keturunan tunjuk miring atau satu Puyang.
( Penulis Intan Heldiana Putri Binti Kurnaidi. ).