Sebelum Lebaran, di Sanga Desa, Ada Tradisi ” Bantai ” dan Jual dengan Lelang

142
0
BERBAGI

MUBA, SentralPost – Menjelang lebaran, ada beberapa tradisi unik di daerah Indonesia, salah satunya adalah tradisi “Bantai” yang ada di wilayah Kecamatan Sanga Desa,Kabupaten Musi Banyuasin, khususnya Ngulak. Ini merupakan suatu Tradisi sebagai kekayaan budaya di Indonesia.

Merupakan negara yang kaya akan adat dan budaya,dari setiap daerah yang memiliki keunikan dan tradisinya masing-masing. Sementara kata “Bantai” sendiri merupakan tradisi menyembelih hewan ternak berupa kerbau atau sapi.Menjelang sehari sebelum hari raya, baik itu Idul Fitri maupun Idul Adha.

Sapi atau Kerbau yang disembelih tersebut kemudian dagingnya dijadikan lauk-pauk pada saat hari raya. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Bantai berarti daging binatang yang disembelih.

Biasanya, sebelum menyembelih Kerbau atau Sapi, Panitia yang akan melakukan Pembantaian akan merekap siapa saja yang akan membeli daging maupun tulang dari Sapi dan Kerbau yang disembelih.

Namun, disisi lain ada juga yang menjual daging dan tulang tersebut dengan metode “lelang tradisional” Yaitu, Penjualan daging bantai itu dengan cara penawar dengan harga tertinggi lah yang berhak memenangkan atau membeli daging dan tulang hasil Bantai tersebut.

Menurut penuturan dari Nurdin (58), salahsatu warga Kelurahan Ngulak 1 yang melaksanakan Bantai, menerangkan bahwa hampir setiap tahun menjelang hari raya, ia dan beberapa orang lain melakukan kongsi membeli Kerbau untuk kemudian dibantai bersama.

“Tahun ini kita sembelih dua ekor Kerbau. Alhamdulillah sudah banyak yang pesan baik itu daging maupun tulangnya. Untuk harga daging kerbau itu Rp 160 ribu perkilogram, sedangkan untuk tulangnya Rp 130 ribu perkilogram,” jelasnya.

Menurut Nurdin tradisi Bantai ini sendiri sudah ada sejak zaman dahulu, dan tidak diketahui secara pasti kapan tepatnya tradisi ini dimulai.

“Setahu saya Bantai ini sudah ada sejak zaman dahulu, sejak saya masih kecil sudah ada tradisi seperti ini,” ujarnya.

Sementara itu Adam (86) warga Kelurahan Ngulak 1 lainnya membenarkan mengenai adanya tradisi bantai ini sudah ada sejak zaman dahulu.

“Kalau Zaman dahulu sistemnya tidak seperti sekarang. Dulu orang yang ingin ikut Bantai Kerbau atau pemotongan Hewan Kerbau itu,, akan kongsi misalnya satu Kerbau itu 10 orang. Masing-masing orang dapat 1 tiang, atau istilahnya satu bagian. Jadi berapa harga beli Kerbau akan dibagi rata pada masing-masing orang yang pegang tiang. Dagingnya juga akan dibagi sama rata,” ungkapnya.

Tradisi Bantai ini menyimbolkan rasa suka cita masyarakat, dalam menyambut hari raya. Dimana makan dengan lauk daging, merupakan suatu yang mewah bagi sebagian besar masyarakat, dan hanya bisa dilakukan pada perayaan tertentu saja. (SBA/ren)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here