Diduga Ada Pungli dalam Proyek Pengadaan WC dari Dinas Perkim

345
0
BERBAGI

7 DARI 17 PENERIMA MANFAAT DIDUGA TAK TEPAT SASARAN

MUSI RAWAS, SentralPost – Tekad Pemerintah Kabupaten Musirawas untuk mensejahterakan masyarakatnya dengan meluncurkan program pengadaan WC bagi masyarakat yang tidak mampu patut diacungi jempol. Namun sayangnya proyek tersebut justru dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk meraup keuntungan pribadi dengan melakukan pungli kepada penerima manfaat.

Hal itu terjadi di Desa Q2 Wonorejo, Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musirawas, Propinsi Sumatra Selatan, dimana desa itu telah mendapatkan bantuan wc dari dinas perumahan dan pemukiman (perkim), Kabuoaten Musirawas yang dikerjakan secara swakelola oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang diketua oleh Daroji.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dinas Perumahan dan Pemukiman kabupaten Musirawas pada Rabu, lalu menyebut, bahwa desa Q2 Wonorejo menerima sebanyak 17 unit WC yang diperuntukan bagi masyarakat yang kurang mampu dan tidak memiliki WC di rumahnya. Menurut sumber di dinas Perkim proyek tersebut dikelola oleh KSM desa Setempat.

Namun sayangnya setelah wartawan melakukan investigasi dilapangan pada Kamis, (28/10) didapatai telah terjadi pungli yang diduga dilakukan oleh pihak pengelola kepada penerima manfaat. Selain itu, sedikitya 7 dari 17 penerima manfaat diduga tidak tepat sasaran, karena diberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya.

Mirisya lagi penerima manfaat tetsebut yang semestiya tidak dipunguti biaya namun ternyata ada indikasi pemungutan biaya oleh ketua pelaksana Daroji sebesar Rp. 200 ribu dengan dalih untuk penggalian septiteng yang tidak ditanggung oleh dinas Perkim.

Ketika wartawan mewawancarai salah satu penerima manfaat yang tidak mau disebutkan namaya mengatakan, dirinya memang menerima bantuan pembuatan WC di rumahnya. Namun menurutnya yang membuat dia bingung dirinya diminta mengali sendiri lubang untuk sepsiteng.

“Kemarin pak Daroji, selaku ketua pelaksana memita saya untuk menggali lobang septiteng. Ya saya bingungkan mas, bukanya setau saya semua itu dikerjakan oleh pelaksananya, tapi kenapa kok saya disuruh galih lobang septiteng. Kalau saya tidak mau menggali sendiri, Daroji mengatakan saya harus bayar Rp. 200 ribu untuk penggalian tersebut, seperti tetangga yang tidak jauh dari rumah saya dia bayar 200 ribu mas, karena saya tidak punya uang, akhirnya terpaksa saya galiih senduri sampai saya gak kerja mas hari itu, kalau sekdar air kopi ya itu wajar ya mas kalau disuruh bayar ya saya gak punya uang mas,” pungkasya sambil geleng geleng.

Sementara itu, Sampai berita ini ditayangkan baik ketua KSM, maupun Sekretaris Desa (Sekdes) yang juga merangkap sebagai bendara dalam kegiatan tersebut belum berhasil dimintai keterangannya. Karena beberapa kali akan dikonfirmasi selalu tidak berada ditempat. (Deni/sp)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here