MUBA, SENTRALPOST,—- Terkait beberapa dugaan yang sempat viral beberapa waktu lalu di tubuh SMK N 1 Babat Toman, Membuat Pihak Inspektorat Jendral Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi menurunkan Tim khusus untuk melakukan Pembinaan dan menggali kedalaman informasi tersebut, Selasa ( 13/06/2023 )
Sebagaimana yang sudah diberitakan media ini sebelumnya bahwa ada dugaan kecerobohan pihak SMK N 1 Babat Toman yang telah mengeluarkan 7 orang siswa/i tanpa kejelasan, dugaan Mark up uang seragam sekolah, dan dugaan pemotongan uang PIP.

Jika sebelumnya, pihak Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan sudah memberikan tanggapannya, kali ini perihal beberapa dugaan tersebut diatas sudah di tangani langsung oleh pusat.
Tim dari Inspektorat Jendral Kemendikbud Ristek Jakarta bagian Fight Finding yakni Bapak Bambang, Ibu Bunga dan Ibu Wina terpantau hadir didampingi oleh Drs.Hj.Endah Kesuma Dewi,M.T selaku Kepala Subbag Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan yang disambut langsung oleh Kepala Sekolah SMKN 1 Babat Toman Drs. Sentosa. M.S.i

Begitu di Konfirmasi, Ibu Hj.Endah mewakili Dinas Provinsi Sumsel mengatakan bahwa kapasitas dirinya hanya mendampingi Tim dari Inspektorat Jendral Kemendikbud Ristek Jakarta.
“Ya fungsi saya kesini mendampingi tamu Irjen,”Jawab Endah singkat.
Ditempat terpisah, Kepala Sekolah SMK N 1 Babat Toman Drs.Sentosa M.S.i saat dikonfirmasi wartawan di Ruang Kerjanya mengatakan bahwa kunjungan dari kementrian Pendidikan adalah bagian dari tugas mereka untuk melakukan pembinaan.

“Jadi kedatangan Tim dari Jakarta ini dalam rangka pembinaan, terkait berita adanya pengaduan, yang dibuat-buat wartawan itu, yang kamu buat”Katanya.
Selanjutnya, Sentosa menganggap ini bukanlah suatu masalah karena sudah menjadi tugas mereka untuk pembinaan dengan sekolah terlepas benar atau salah.
Disinggung terkait pemberitaan sebelumnya adanya dugaan pihak sekolah mengeluarkan 7 siswa/i tanpa kejelasan Sentosa membantah dan mengatakan itu tidak benar.

“Ya kalau menurut aku, tidak benar, karena sengketa awalnya itu kan bukan dengan aku”Ujarnya
Diperjelas oleh Sentosa, awal yang sengketa adalah Ibu Arta dan Ibu Indah
“Kenapa di kait-kaitkan”Pungkasnya.
Sentosa menyanggah tegas bahwa dikeluarkan 7 siswa itu salah.
“Mereka itu dikembalikan ke orang tua, mengapa ada seorang pendidik menyuruh anak demo, itu pecah kaca”
Sentosa juga mengatakan bahwa dipemberitaan demo itu tidak terjadi justru terjadi, mungkin kalau tidak dibentengi, dak diancam, akan terus-terusan terjadi.
Gayung bersambut, Ibu Arta juga menyanggah bahwa tidak mengembalikan siswa tapi hanya mencari fakta.

Disinggung mengenai dugaan tidak melaksanakan sesuai prosedur semisal memberikan surat peringat 1,2 dan 3, Sentosa hanya berdalih bahwa siswa akhirnya kembali bersekolah
“Ya anak kan sekolah kembali, apalagi sudah di Backing Abusari(Anggota Dewan Provinsi red), di damaikan Abusari, didamaikan polisi, tapi yang tidak cocok disini, kok seorang pendidik bertindak seperti itu”Ujarnya.

Mengenai dugaan mark up uang seragam sekolah, Sentosa mengatakan semua sudah kesepakatan bersama, bahkan terpantau oleh media ada salah satu kejanggalan yakni berupa ongkos kirim seragam uang ternyata dibebankan Rp. 100.000,-/siswa bukannya per KG atau per Pcs seperti biasanya di pihak jasa kirim atau ekspedisi.
Sentosa hanya mengatakan “Ya kalau mereka menganggap itu biasa, ya silahkan”.
salah satu orang tua siswa yang dikeluarkan dari sekolah, Troppy Simbolon Wali dari Welly Simbolon ketika dibincangi wartawan setelah diintrogasi Tim Inspektorat Jendral Kemendikbud Ristek Jakarta mengatakan sangat berterima kasih atas kedatangan Tim dari Jakarta karena selama ini persoalan ini terkesan mengambang.
“Bagus ada Tim dari Jakarta ini untuk pembinaan, harapan kami agar persoalan dan kesalahpahaman ini biar terselesaikan, karena jujur saja selama Kepala Sekolah dan guru yang menandatangani surat pemberhentian anak kami masih di sekolah ini, saya takut anak kami akan diintimidasi”Ujarnya.
Troppy juga mengatakan “Karena menurut kami, guru tersebut sudah semena-mena memberhentikan anak kami, tanpa melewati prosedur yang seharusnya, harusnya ada pembinaan dulu kan dari sekolah, harapan kami agar guru yang menandatangani surat pemberhentian itu di berhentikan atau dipindahkan dari sekolah ini”
mengenai adanya demo di sekolah yang diduga dilakukan 7 orang siswa/i ini, Troppy membantah jika demo itu terjadi.
“Kami ini tanya sama anak kami, ga ada demo itu, ga terjadi, mana ada terjadi, apalagi sampai anarkis atau menghancurkan fasilitas sekolah, ga ada itu. Memang benar mereka akan mengadakan demo tapi tidak jadi, baru akan saja”Pungkas troppy.
“ya semoga kasus ini cepat selesai, agar tenang kami ini, saya kerja juga terganggu, anak kami juga selalu ketakutan dan khawatir, dan semoga sekolah ini menjadi lebih baik lagi”Tutupnya.
Sementara itu, ketua Tim dari Inspektorat Jendral Kemendikbud Ristek Jakarta Ibu Wina menolak untuk di wawancara wartawan dengan alasan tidak diberi izin oleh inspektur dan berdalih jika wartawan bisa mengajukan surat wawancara tertulis ditujukan langsung Kepada Inspektorat Jendral Kemendikbud Ristek Jakarta dan akan dijawab tertulis juga (Red)