JAS MERAH, Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Calon Gubernur Sumsel Herman Deru (HD) pernah mencatatkan namanya dalam sejarah pemilihan kepala daerah Indonesia sebagai salah satu bupati yang meraih dukungan rakyat terbesar. Pada Pilkada 2010, ia dan pasangannya, Cholid Mawardi, berhasil mengumpulkan 95,56% suara di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan. Dengan tingkat partisipasi pemilih mencapai 91,11%, pencapaian ini tidak hanya mencerminkan dukungan publik yang luar biasa, tetapi juga menjadikan KPUD OKU Timur sebagai penyelenggara yang terbaik.
“Jadi yang terpenting dalam Pilkada siapapun itu jangan fokus pada koalisi partai tapi koalisi rakyat. Dan Pak HD adalah salah satu contoh menerapkan lebih fokus kepada koalisi rakyat dibandingkan koalisi partai dalam politik,” kata Jubir keluarga HD kepada pers, Minggu (20/10).
Dalam politik mendapat dukungan partai politik memang sebagai syarat dukungan, meskipun didukung banyak partai belum tentu memenangkan Pilkada, karena yang lebih penting lagi adalah koalisi dengan rakyat, berkolaborasi dengan rakyat. Karena dalam Pilkada yang memiliki adalah rakyat keseluruhan bukan hanya partisipan partai politik.
Perolehan suara yang diraih Herman Deru bahkan melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh Fadel Muhammad dan Gusnar Ismail di Gorontalo pada 2006 dengan 82,1% suara, serta Herman Sutrisno-Achmad Dimyati di Banjar, Jawa Barat, yang meraih 92,17% pada 2008. Dengan pencapaian tersebut, Herman Deru secara simbolis menjadi sosok kepala daerah yang membuktikan kemampuannya mempertahankan dukungan masyarakat dalam dua periode pemerintahan.
Keberhasilan Herman Deru tidak didapat dengan bantuan konsultan politik, melainkan berkat dedikasinya kepada rakyat. Sebagai menantu dari mantan Walikota Palembang H. Husni, dan menikah muda pada usia 17 tahun dengan Febrita Lustia, Herman Deru telah dianugerahi empat putri. Sejak awal, ia menetapkan rakyat sebagai fokus utama dari program pembangunan yang ia jalankan. Pengalaman pertamanya sebagai bupati OKU Timur pada 2005, di masa ketika OKU Timur baru saja dimekarkan dari OKU, menjadi ajang pembuktian bagi Herman Deru untuk menunjukkan komitmennya kepada masyarakat.
Meskipun dihadapkan pada minimnya sumber daya dan anggaran terbatas – saat awal memimpin, APBD OKU Timur hanya sebesar Rp247 juta – Herman Deru mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Ia membina hubungan yang dekat dengan rakyat, membuka pintu rumahnya 24 jam untuk mendengarkan keluhan dan aspirasi mereka. Komunikasinya yang lancar dalam bahasa Komering dan Jawa membuatnya lebih mudah berinteraksi dengan warga asli maupun pendatang.
Bupati “Dua Lima”: Dua Hari di Kantor, Lima Hari di Lapangan
Sebagai pemimpin yang fokus pada kebutuhan masyarakat, Herman Deru dikenal dengan istilah “Bupati Dua Lima” – dua hari di kantor dan lima hari di lapangan. Ia percaya bahwa kehadiran langsung pemimpin di tengah masyarakat adalah kunci dalam memahami kebutuhan mereka. Fokusnya bukan pada pembangunan infrastruktur megah, tetapi pada proyek-proyek yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, seperti pembangunan jalan usaha tani, akses pendidikan, dan layanan kesehatan.
Herman Deru juga berhasil mengubah wajah OKU Timur dari daerah yang dulu dikenal rawan menjadi wilayah yang lebih aman. Pada 2006, ia mencanangkan program “OKU Timur Aman” bersama Gubernur Sumatera Selatan saat itu, Syahrial Oesman. Program ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman bagi masyarakat sehingga mereka bisa bekerja dan beraktivitas tanpa rasa takut.
Keberhasilan Herman Deru juga tidak lepas dari hubungannya yang harmonis dengan wakilnya, Cholid Mawardi. Selama dua periode, keduanya mempertahankan komitmen untuk membangun OKU Timur bersama. Salah satu inovasi mereka adalah Perda Zakat, yang berfungsi untuk mengoptimalkan pengelolaan zakat di masyarakat. Selain itu, Herman
Deru juga menerapkan prinsip pembangunan yang merata, menghindari kecemburuan sosial di antara daerah-daerah di OKU Timur.
Dengan pendekatan yang berpusat pada rakyat, Herman Deru berhasil meraih 50 penghargaan nasional, termasuk Bintang Jasa Pratama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009. Di sektor lingkungan, OKU Timur di bawah kepemimpinannya berhasil meraih Adipura tiga kali berturut-turut, meskipun Martapura, ibukota kabupaten tersebut, adalah salah satu kota terkecil di Indonesia.
Herman Deru: Trah Pemimpin
Herman Deru lahir dari keluarga yang memiliki sejarah kepemimpinan. Ayahnya, H. Hamzah, adalah pasirah (kepala desa) di Gumawang, Belitang, OKU. Sejak kecil, Herman Deru telah menunjukkan minatnya pada dunia kepemimpinan. Ia sering mengamati para pemimpin yang berkunjung ke rumahnya, bahkan minum dari gelas yang mereka gunakan, karena terinspirasi oleh mereka.
Obsesi menjadi bupati sudah tertanam sejak SMP, dan ia menuliskannya di meja belajarnya sebagai cita-cita. Melalui perjalanan hidup yang panjang, dari menjadi PNS hingga pengusaha, Herman Deru akhirnya mewujudkan mimpinya menjadi Bupati OKU Timur pada usia 37 tahun.
Kisah hidup Herman Deru adalah contoh nyata bagaimana tekad dan dedikasi kepada masyarakat dapat membawa seseorang meraih sukses dalam dunia politik.
Hingga kini, ia tetap menjadi salah satu tokoh penting dalam kancah perpolitikan Sumatera Selatan. Saat menjabat pun boleh dibilang Herman Deru dikenal sebagai kepala daerah yang sangat dekat dengan rakyat. Saat menjabat Gubernur Sumsel periode 2018-2023, Herman Deru kerap menerima tamu di kediaman Griya Agung hingga larut malam.
Bahkan saat ini kebiasaan menerima rakyat itu tetap dilanjutkan di kediaman Taman Kenten, bahkan terkadang hingga pukul 02.00 dini hari. Sehingga muncul sebutan Gubernur Rakyat untuk Herman Deru. (***)
.