Kwalitas Renovasi SDN 4 Sembatu Jaya Dipertanyakan

308
0
BERBAGI

MUSIRAWAS, SentralPost – Seperti yang diberitakan sebelumya 30 paket proyek renovasi bangunan sekolah di kabupaten Musirawas yang menelan dana sebesar Rp. 61 milyar lebih diduga banyak kejanggalan dan terkesan dikerjakan asal asalan saja.

Berdasarkan investigasi wartawan SentralPost sebelumnya pembangunan renovasi SDN TRANS KELINGI IV D SP1, Kecamatan BTS ULU kabupaten Musirawas propinsi sumatra selatan menuai berbagai protes dari sejumlah kalangan,.karena terindikasi dikerjakan asal jadi saja dan diduga tidak sesuai dengan RAB yang ada.

Setelah melakukan investigasi lanjutan pada Selasa, (30/11) wartawan SentralPost kembali menemukan kejanggalan pada proyek renovasi SDN 4 Sembatu Jaya. Dimana sejumlah titik bangunan terkesan dikerjakan asal jadi.

Beberapa titik bangunan dinding dan tiang penyangga ditemukan sudah retak dan nyaris patah pada sambungunan corannya. Selain itu, penggunaan semen juga diduga tidak standar yang ditentukan, karena di lokasi ditemukan sejumlah tumpukan semen bermerek conch yang digunakan untuk renovasi gedung sekolah.

Tak hanya itu, material penimbunan lantai, terlihat pihak pelaksana hanya menggunakan reruntuhan bangunan yang lama untuk pekerjaan penimbunan lantai. Hal ini dilakukan pihak kontraktor diduga untuk meraup keuntungan besar dari proyek tersebut.

Sementara itu pihak kontraktor pelaksana saat akan dikonfirmasi dilapangan tidak ada ditempat. Namun wartawan berhasil melakukan wawancara dengan kepala tukang yang biasa dipanggil Mang Yan.

Dari Mang Yan wartawan memperoleh informasi bahwa proyek tersebut adalah proyek dari propinsi. Namun sayangnya Mang Yan tidak mengetahi tentang standar penggunaan semen dalam proyek itu.

“Saya tidak tahu pak, apakah. Semen ini sudah standar pembangunan atau tidak. Kita hanya bekerja, material yang dikirim pihak pemborong ke sini itulah yang kita gunakan, ” kata Mang Yang seraya mengatakan sebelumnya dia bekerja menggunakan semen baturaja dan semen padang.

Disinggung soal pekerja yang tidak menggunakan APD (alat pelindung diri) Mang Yan mengaku dirinya dan pekerja lainnya memang menolak memakai alat pelindung diri saat bekerja. Menurutnya, hal itu dilakukan karena mereka merasa risih dan tidak nyaman saat bekerja menggunakan serty. “Kalau harus memakai helm dan alat pelindung lainnya, kami tidak nyaman dalam bekerja mas, ” katanya.

Menaggapi pertanyaan tentang material penimbunan yang menggunakan reruntuhan bangunan lama, Mang Yan mengaku tidak tahu diperbolehkan atau tidak. Namun demikian menurut dia berdasarkan pengalamnya penimbunan lantai dengan menggunakan batu pecahan lebih kuat, jika dibandingkan dengan penimbunan dengan tanah.

“Kalau berdasarkan teknis bangunan, kami rasa timbunan dengan batu pecahan lama ini disiram dengan pasir akan menghasilkan kualitas baik. Namun untuk boleh tidaknya digunakan, kami tidak tau bagaimana aturannya. Kalau mau protes, ataupun mau informasi yang jelas, silakan hubungi saja pihak pemborong, ” katanya.

Sementara itu secara terpisah, salah satu tokoh masyarakat setempat yang dimintai konfirmasinya prihal banguanan tersebut mengaku sangat meragukan kualitas dari pembangunan renovasi bangunan sekolah tersebut. Menurutnya, berdasarkan pengamatan mereka kualitas bangunan itu. Sangat diragukan dan mereka khawatir bangunan itu tidak akan bertahan lama.

“Melihat pembangunan itu, kami masyarakat sekitar merasa sangat kecewa dengan pihak pelaksana. Dimana seharusya bangunan tersebut bisa dinikmati dalam jangka panjang setelah melihat dari cara kerja dilapangan kami jadi ragu akan kwalitas bangunan tersebut,sementara anggaranya itu lumayan besar. Karena itu kami mendesak agar pihak yang terkait segera melakukan pemeriksaan terhadap pembangunan itu, “meninjau ulang akan pekerjaan itu,” pungkasya. (Deni.sp)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here