Pengrajin Souvenir Batok Kelapa di Sanga Desa Butuh Perhatian Pemerintah

724
0
BERBAGI

MUBA, SentralPost – Limbah yang biasanya menjadi barang tak berharga, namun di tangan Eka Ali Wardana, limbah batok kelapa dan kayu sisa pembutan mebel disulap menjadi barang dengan nilai ekonomis tinggi.

Adalah, Seorang Pengrajin yang berasal dari Dusun I Desa Ngulak III, Kecamatan Sanga Desa ini memiliki keahlian dalam hal membuat seni kerajinan, khususnya pada batok kelapa yang ia buat menjadi asbak, hiasan meja, lampu tidur, hingga teko tempat air minum.

Menurut pria kelahiran Desa Ngulak III, 2 September 1974 ini saat dibincangi oleh wartawan media ini, Sabtu (19/12/2020) mengatakan, awalnya membuat Karya seni ini, Iseng untuk keperluan sendiri. Namun ternyata banyak yang menyukai hasil karyanya itu, bahkan sekarang bisa menjadi sumber pemasukan tambahan ekonomi, terutama pada masa Pandemi Covid-19 ini.

“Saya membuat kerajinan tangan ini awalnya iseng-iseng, karena hobi. Ternyata hasil karya yang saya buat ada yang tertarik untuk membeli. Saya pikir kenapa tidak ditekuni saja, sebab ini bisa menjadi sumber pemasukan tambahan di tengah ekonomi yang sulit saat masa pandemi seperti sekarang ini,” kata Eka.

Lebih lanjut dia menuturkan awal usahanya itu, dia melihat salah satu video di Youtube mengenai pembuatan kerajinan tangan dengan menggunakan batok kelapa. Tetapi saat ini usaha kerajinannya itu terkedala Modal untuk membeli Peralatan penunjang usaha itu.

“Ya, karena di lingkungan saya banyak Tempurung kelapa. Dipikiran saya kenapa tidak coba bikin sendiri, karena prosesnya juga cukup mudah. Hanya membutuhkan sedikit ketekunan dan ketelitian saja,” ungkapnya.

Lebih lanjut Eka menjelaskan bahwa, untuk membuat satu buah kerajinan dari batok kelapa dirinya menghabiskan waktu sekitar setengah hari. Namun bila telah memiliki Peralatan yang memadai, tentu produksi lebih meningkat dan hasilnya akan lebih indah. Untuk saat ini dirinya masih terkendala dalam hal pemasaran produk kerajinan hasil karyanya tersebut.

“Mulai dari tahap persiapan, mencari bahan baku, membentuk batok kelapa, hingga tahap akhir atau Finishing itu memakan waktu sekitar setengah hari. Jadi sehari itu cuma bisa menyelesaikan dua barang saja, hal ini dikarenakan peralatan yang saya miliki sekarang masih minim, Bahan lainnya selain batok kelapa dan kayu, itu hanya lem dan pernis kayu,” ” jelasnya.

Masih keterangan Eka, Untuk membuat kerajinan berbahan batok kelapa dan kayu sisa tersebut dirinya hanya menggunakan Gerinda dan Bor. Ketika disinggung mengenai harga jual kerajinan yang ia buat, Eka mengatakan bahwa dirinya tidak mematok harga secara spesifik untuk nilai setiap barang kerajinan yang telah ia buat.

“Untuk harga itu tidak spesifik, tergantung yang mau beli inginnya nawar berapa. Saya hanya menjelaskan mengenai kebutuhan bahan dan tingkat kerumitan dalam pembuatannya saja, Dan Kendala terbesar saat ini mengenai pemasaran hasil kerajinan. Sejauh ini saya hanya bisa menjual via online melalui media sosial saja. Padahal kalau baca-baca berita, beberapa pengerajin batok kelapa itu pasarannya sudah bisa tembus hingga ke Manca Negara seperti ke negara Jerman dan Inggris. Karena itu saya berharap kepada Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin melalui Dinas terkait bisa membantu, baik itu dari segi pemasaran maupun peralatan-peralatan yang dibutuh pengrajin,” paparnya.

Secara Terpisah Kades Ngulak III, Hendriyansah mengungkapkan hal senada, Ketika berbincang dengan Wartawan Media ini, Sabtu (19/12/2020) mengatakan, dirinya telah sempat membeli Hasil karya Eka, berupa Hiasan Meja.

Kades Ngulak III ini juga berharap, Usaha pengrajin ini mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, melalui Dinas terkait. Agar bisa membantu Para Pengrajin Pemula seperti Eka Ali Wardana. Baik itu dari segi pemasaran maupun peralatan-peralatan yang dibutuh pengrajin.

“Saya selaku Pemerintah Desa, telah melihat dan sempat membeli Karya Kerajinan yang dihasilkan oleh Eka. Berupa Asbak dan hiasan Meja, bahkan telah sempat diberikan Souvenir dari karya seni dari Bahan baku Batok Kelapa. Rencananya Perajin Batok Kelapa ini, akan membentuk kelompok pengrajin dan telah memberikan bantuan alat berupa gerinda mini. Dan kedepannya saya berharap, Ada perhatian serta bantuan dari Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Semacam Pelatihan, bantuan berupa peralatan, Maupun pangsa pasar untuk pemasaran Produksi yang dihasilkan. Sebab dengan pemasaran yang bagus bisa berpeluang untuk menambah penghasilan masyarakat yang memiliki keterampilan kerajinan seperti ini, dan Sarana Prasarana sebagai alat kerajinan yang dihasilkan Produksinya akan lebih meningkat dan lebih bervariasi lagi,” pungkasnya. (SBA)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here