MUBA, SentralPost – Puluhan petani warga dari berbagai Kelompok Tani di Desa Ngunang Kecamatan Sanga Desa Kabupaten Muba, sampaikan keluhan kepada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Diduga hal tersebut terkait dampak dari program Optimalisasi Lahan Selamatkan Sawah Sejahterahkan Petani (Oplah Serasi) yang dilaksanakan pada tahun 2019 lalu, yang terindikasi salah Tehnis Pelaksanaan.
Terindikasi akibat pembuatan parit yang dibuat melalui program Oplah tersebut ratusan hektare areal sawah warga pada tahun 2020 ini mengalami kekeringan yang berakibat pada turun nya hasil produksi padi petani. Keluhan warga tersebut disampaikan langsung kepada Kepala Dinas TPHP Muba Ir H Thamrin yang diwakili oleh Kabid Sarana dan Prasarana Sumartono di Kantor Kepala Desa Ngunang sekitar pukul 10.00 WIB.
Hadir dalam perundingan tersebut, Kepala Desa Ngunang Jon Kenedi, Korwil BPP Kecamatan Sanga Desa Dedi Damhudi, SP M.Si, serta Babinsa Koramil 401-02/Babat Toman Serka Suwardiyono.
Ruslan (60) salah seorang petani dari Kelompok Tani Pigi Sawah Lima saat dibincangi wartawan media ini mengatakan bahwa sebelum adanya parit yang dibuat melalui program Oplah lahan persawahan nya tidak pernah mengalami kekeringan.
“Sawah saya itu merupakan lumbung air, dan tidak pernah mengalami kekeringan. Namun semenjak ada parit itu sawah saya jadi kering. Bahkan produksi padi yang biasanya sampai 105 Karung saat ini hanya tinggal sekitar 20an karung saja. Dulu setiap tahun saya selalu menjual beras hasil panen, tapi tahun ini malah terbalik saya yang beli beras untuk makan,” ujarnya.
Lebih lanjut Ruslan bersama Maryadi juga menjelaskan bahwa keringnya lahan persawahan miliknya dan puluhan petani lain dari 4 kelompok tani yang ada, dikarenakan parit yang dibikin oleh pelaksana program Oplah bukannya mengalirkan air dari sungai menuju ke sawah tetapi sebaliknya air yang di sawah malah terjun ke sungai.
“Harapan kami ada solusi dari pihak terkait apakah itu dibuatkan pintu air, atau bagaimana. Yang pasti kami berharap kondisi pengairan di lahan persawahan kami bisa kembali seperti semula, jika tidak ada solusi lebih baik parit yang ada ditutup lagi,” tukasnya.
Berdasarkan informasi yang didapat oleh wartawan media ini, Diduga permasalahan ini dipicu dari minimnya sinergitas antara pelaksana program Oplah dengan pemerintah desa dan masyarakat selaku pemilik lahan.
“Kami mohon hari ini kalau bisa dilakukan cek ke lapangan agar bapak dari Dinas ini bisa tahu betul kondisi permasalahan dilapangan, sehingga bisa mencarikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut,” ungkap Maryadi petani lainnya.
Menanggapi keluhan dari warga tersebut Kepala Dinas TPHP Muba Ir H Thamrin yang diwakili oleh Kabid Sarana dan Prasarana Sumartono mengaku siap untuk turun ke lapangan langsung untuk melihat secara langsung lokasi persawahan yang dimaksud oleh warga.
“Sebelum itu, kita juga harus pahami bahwa tujuan dari program ini sangatlah baik yakni untuk kepentingan peeningkatan produksi padi petani. Untuk solusi sendiri saya rasa bapak-bapak lebih faham apa yang diperlukan, jika itu misalnya berupa pintu air maka silahkan ajukan proposal kepada kami. Selain itu jika seandainya terjadi suatau permasalahan lagi kedepan maka percayakan kepada petugas kami di lapangan seperti PPL dan tim BPP insyaallah apa yang menjadi keluhan bapak-bapak akan sampai kepada kami,” ucapnya.
Sementara itu Kepala Desa Ngunang Jon Kenedi saat dikonfirmasi mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh warga merupakan bentuk penyampaian aspirasi dari mereka selaku masyarakat.
“Kami selaku pemerintah desa hanya memfasilitasi saja. Apa yang menjadi keluhan masyarakat, harapannya bisa dicarikan solusi yang tepat. Karena sifat acara rembuk desa seperti ini adalah untuk mencari solusi terbaik,” tutupnya. (SBA)