PALEMBANG, Sentralpost – Hutan Tropis Band mengukuhkan eksistensinya di blantika musik Indonesia dengan melauncing Album bertajuk 3500HZ di Bingen Cafe, Jumat (31/08/2018) pukul 19.00 WIB tadi.
Hutan Tropis Band beranggotakan lima orang personil yang selain dikenal sebagai musisi, mereka juga dikenal sebagai aktivis lingkungan di Sumsel ini. Yaitu, Jemmy Delvian sebagai vokalis, Wiwin di gitar, Hari di keyboard Instagram dan video di buzz.
“Hutan Tropis ini berdiri karena keprihatinan terhadap lingkungan yang sudah semakin menurun,” terang Jemmy pada awak media sebelum tampil, Jumat malam.
Menurut Jemmy, kondisi lingkungan kita sekarang ini jauh berbeda dibandingkan ketika kita kecil dulu. Sudah mulai panas, hal ini sejak maraknya pembalakan hutan, apalagi sekarang marak juga kegiatan tambang di berbagai wilayah Sumsel ini.
“Dari pemikiran itu, maka kami dengan kemampuan bermain musik yang dimiliki, Kami ingin melakukan sesuatu kontribusi yang positif lah. Semoga bisa menjadi perhatian bagi banyak pihak tentang kondisi ini,” ungkap Wakil Bendahara IWO Sumsel ini.
Dikatakan, 3500HZ ini adalah judul album Hutan Tropis yang pertama, walaupun berdiri sudah 6 tahun tapi baru ini album yang dirilis. Kalau menciptakan karya sebetulnya sudah lumayan banyak, pada album ini hutan tropis ada 9 lagu salah satu dari 9 lagi itu berjudul 3500 Hz.
” Kenapa 3500 Hz hal itu karena 3500 Hz adalah angka frekuensi audio yang dihasilkan oleh serangga tonggeret (Cicadidae), yang juga dikenal dengan nama sesiagh dalam bahasa Besemah di Sumatera Selatan,”Jelasnya.
Album “3500 Hz” sambung Jimi terinspirasi dari keberadaan dan kontribusi sesiagh di alam, misalnya getaran sesiagh turut menyempurnakan proses fotosintesis tumbuhan di sekitarnya. Selain itu, frekuensi ini bisa didengar dengan jelas oleh telinga manusia.
Fenomena alam ini yang akhirnya diangkat oleh Hutan Tropis untuk judul album terbarunya “3500 Hz”.Dan Album ini dirilis oleh Demajors, sebuah label yang banyak memberi kontribusi pada warna musik Indonesia selama lebih dari satu dekade terakhir.
Sementara, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Wartawan Online (IWO) Jodi Yudono, mengapresiasi apa yang dilakukan personil hutan tropis band.
Menurutnya, Jimmy ini musisi langka saat ini. Ketika kawan-kawan lain bernyanyi atau bermusik untuk urusan perut, dia ini untuk urusan kemanusiaan karena ngomongin lingkungan hidup, ngomongin soal kemanusiaan dan kehidupan.
“Saya kira Jimi salah satu musisi dengan tanda kutip yang cerdas, tidak semua seniman itu cerdas. Seniman itu ditentukan oleh apa ada maunya,” ujar ketua IWO yang juga budayawan ini.
Maunya itu menyelamatkan lingkungan hidup dan sini bukan hanya sekedar bertanya tentang hidup, tapi tuh biasanya di Universal kalau ini ini sudah adil dia sudah ngomong tentang sebuah kampungan yang rusak dia ngomong tentang binatang tonggeret yang menjadi penanda waktu shalat jadi dia lebih detail, hal-hal kecil di Explorer menjadi sebuah komposisi musik yang menarik yang disesuaikan dengan kondisi alam yang sebenarnya, seperti tonggeret bunyi tonggeret Seperti apa dia sinkronkan dengan komposisi yang dia diciptakan.
“Semoga Jimmy jadi virus, Bangga keluarga besar IWO memiliki sosok seperti dia,
Wartawan harus jadi Panglima kebudayaan bangsa ini,”pungkas Jodi yang juga menjadi penyayi pembuka pada launching album perdana Hutan Tropis Band bersama Iir Stone dan Dirut Band malam ini. (fadel/rill)