“Saat ini kita terus melakukan pengawalan terhadap bahan kebutuhan pokok yang berpotensi mengalami kenaikan jelang puasa. Untuk itu, Kementrian Perdagangan (Kemendag) mulai melakukan pemantauan harga kesetiap daerah,” katanya.
Srie menerangkan, Kementrian Perdagangan sangat konsen terhadap stabilisasi atau pengendalian harga dan ketersediaan bahan kebutuhan pokok, utamanya menjelang puasa dan lebaran.
Bahkan, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukito, telah membagi langsung tugas seluruh esellon I untuk terjun langsung dibantu pemerintah daerah setempat termasuk divisi regional Bulog dalam mengawal bahan kebutuhan pokok.
“Kita telah membentuk tim stabilisasi dan pemantauan harga, untuk mengawal langsung ketersediaan stabilisasi harga ke 34 Provinsi di Indonesia salah satunya Sumsel,” terangnya.
Sejak satu minggu terakhir, pihaknya sudah melakukan pengawalan agar bahan-bahan kebutuhan pokok disetiap daerah tersedia dengan cukup dengan harga yang terjangkau dan wajar.
Tentunya, untuk harga yang terjangkau dan wajar berdasarkan hitungan Kementrian Perdagangan, sesuai dengan harga eceran tertinggi pemerintah, berdasarkan peraturan menteri perdagangan (Permendag) nomor 57 ditambah lagi Permendag 27 tahun 2017 untuk ayam dan telur.
“Aturan ini dibikin untuk menjamin ketersediaan, stabilitas dan kepastian harga pangan yang kerap bergejolak (volatile food),” ungkapnya.
Dari hasil kunjungan hari ini di gudang Bulog Divre Sumbagsel, dapat dilihat untuk kebutuhan puasa dan lebaran cukup, jika dilihat dari kapasitas lebih kurang 100.000 ton yang dapat memenuhi kebutuhan Sumsel dan Babel sampai 25 persen yang jumlahnya sekitar 20.000 an ton.
Dimana, stok beras berasal dari Ex dalam negeri, dan itu adalah moving nasional yang diperoleh dari panen Sumsel plus panen dari Sulawesi Selatan dan Jawa Barat, ditambah dengan ex import masuk dari DKI lewat lampung
Artinya, jika dilihat dari kebutuhan beras Sumsel sekitar 70.000 ton, ini cukup memenuhi. Khususnya di Palembang yang memiliki kebutuhan beras terbesar, sekitar 800 ton beras.
“Kita menjamin untuk beras, jelang puasa dan lebaran kondisinya masih aman,” imbuhnya.
Sementara terkait dengan daging ayam dan telor ayam yang agak berpotensi, beberapa langkah sudah dilakukan pihaknya. Salah satunya melakukan komunikasi dengan peternak.
“Minggu lalu saya dan tim sudah kesimi. Sejauh ini harga daging ayam dan telor, masih stabil namun akan kita komunikasikan. Karena di farm gate atau kandang ayam, kenakan harga tidak terlalu tinggi,” sampainya.
Untuk harga daging ayam kenaikan yang terjadi maaih dibawah 2 persen. Artinya Kalau kenaikannya masih dibawah 2 persen itu tidak terlalu tinggi, karena masih ada toleransi sampai dengan 2 persen jika merujuk pada aturan.
“Misalnya, hate nya Rp22.000, artinya jika harganya Rp22.500 masih wajar. Saat ini harga daging ayam sekitar Rp35.000 sampai Rp36.000 di pasar tradisional,” ulasnya.
Srie memastikan akan terus melakukan terhadap seluruh harga dan ketersediaan kebutuhan pokok. Dimana, pengawalan yang akan dilakukan terhadap daging ayam dengan melihat pasokannya, karena sejauh ini pasokannya masih stabil dan dengan adanya satgas ini peternak, distributor maupun pedagang tidak akan berani main-main dengan harga.
“Kami yakin peternah sampai pedagang tidak akan berani main-main dengan harga setelah ada Satgas. Dan ini akan terus kita pantau,” tegasnya. (Zul)